Adzan merupakan cara untuk memanggil orang-orang untuk sholat fardlu. Sejarahnya dahulu, agar orang tahu masuk waktu sholat ada beberapa sahabat Rasulullah yang mengutarakan usulan, sempat ada yang usul untuk memanggil dengan lonceng, tetapi usul tersebut ditolak karena menyerupai kaum nashrani. Akhirnya ada yang bermimpi untuk memanggil dengan cara adzan, dan cara inilah yang sampai sekarang dan seterusnya digunakan untuk memberi tanda waktu sholat tiba.
Berikut beberapa hadist yang menerangkan tentang adzan :
Adzan dan keutamaannya.
عَنْ
مَالِكِ بْنِ اْلحُوَيْرِثِ اَنَّ النَّبِيَّ قَالَ: اِذَا حَضَرَتِ
الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذّنْ لَكُمْ اَحَدُكُمْ وَ لْيَؤُمَّكُمْ اَكْبَرُكُمْ.
احمد و البخارى و مسلم، نيل الاوطار 2: 37
Dari
Malik bin Al-Huwairits, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, "Apabila waktu
shalat telah tiba, maka hendaklah salah seorang diantara kamu adzan
untuk (shalat)mu, dan hendaklah yang tertua diantara kamu bertindak
sebagai imam bagi kamu". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 37]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: َاْلاِمَامُ ضَامِنٌ وَ
اْلمُؤَذّنُ مُؤْتَمَنٌ. اَللّهُمَّ اَرْشِدِ اْلاَئِمَّةَ وَ اغْفِرْ
لِلْمُؤَذّنِيْنَ. احمد و ابوا داود و الترمذى، نيل الاوطار 2: 38
Dari
Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Imam itu adalah
penanggungjawab dan muadzdzin itu adalah orang yang diserahi amanat. Ya
Allah, pimpinlah para imam itu dan ampunilah para muadzdzin". [HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 37]
عَنْ
مُعَاوِيَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِنَّ اْلمُؤَذّنِيْنَ اَطْوَلُ
النَّاسِ اَعْنَاقًا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. احمد و مسلم و ابن ماجه، نيل
الاوطار 2: 37
Dari
Mu'awiyah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya para muadzdzin
itu adalah orang-orang yang paling panjang lehernya kelak di hari
qiyamat". [HR. Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz, 2, hal. 37]
عَنْ
عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ:
يَعْجَبُ رَبُّكَ عَزَّ وَ جَلَّ مِنْ رَاعِى غَنَمٍ فِى شَظِيَّةٍ
بِجَبَلٍ يُؤَذّنُ لِلصَّلاَةِ وَ يُصَلّى. فَيَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَ
جَلَّ: اُنْظُرُوْا اِلَى عَبْدِى هذَا يُؤَذّنُ وَ يُقِيْمُ لِلصَّلاَةِ
يَخَافُ مِنّى، فَقَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِى وَ اَدْخَلْتُهُ اْلجَنَّةَ.
احمد و ابو داود و النسائى، نيل الاوطار 2: 39
Dari
'Uqbah bin 'Amir, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda, "Tuhanmu 'Azza wa Jalla sungguh sangat senang terhadap seorang
penggembala kambing yang berada di puncak gunung yang adzan untuk
shalatnya, kemudian ia shalat". Maka Allah 'Azza wa Jalla berfirman
(kepada malaikat), "Lihatlah hamba-Ku ini, ia adzan dan iqamat untuk
shalatnya karena takut kepada-Ku. Oleh karena itu Ku-ampuni hamba-Ku ini
dan Ku-masukkan dia ke dalam surga". [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Nasai, dalam Nailil Authar juz 2, hal. 39]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا نُوْدِيَ
لِلصَّلاَةِ اَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَ لَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ
التَّأْذَِيْنَ. فَاِذَا قَضَى النّدَاءَ اَقْبَلَ حَتَّى اِذَا ثُوّبَ
لِلصَّلاَةِ اَدْبَرَ حَتَّى اِذَا قَضَى التَّثْوِيْبَ اَقْبَلَ حَتَّى
يَخْطُرَ بَيْنَ اْلمَرْأِ وَ نَفْسِهِ يَقُوْلُ: اُذْكُرْ كَذَا اُذْكُرْ
كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لاَ يَدْرِى
كَمْ صَلَّى. البخارى 1: 151
Dari
Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Apabila
dikumandangkan adzan, syaithan lari hingga terkentut-kentut sampai tidak
mendengar suara adzan. Kemudian jika adzan telah selesai, ia datang
lagi, kemudian jika iqamat diserukan maka ia lari lagi. Apabila iqamah
telah selesai ia datang lagi hingga dekat sekali dengan manusia.
Syaithan berkata, "Ingatlah ini dan ingatlah itu". (Yaitu apa yang
tadinya tidak diingat oleh orang yang shalat), sehingga orang yang
shalat itu tidak tahu berapa rekaat ia telah shalat. [HR. Bukhari juz 1, hal. 151]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ اَبِى صَعْصَعَةَ اَنَّ اَبَا
سَعِيْدِ اْلخُدْرِيّ قَالَ لَهُ: اِنّى اَرَاكَ تُحِبُّ اْلغَنَمَ وَ
اْلبَادِيَةَ، فَاِذَا كُنْتَ فِى غَنَمكَ اَوْ بَادِيَتِكَ فَارْفَعْ
صَوْتَكَ بِالنّدَاءِ، فَاِنَّهُ لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ اْلمُؤَذّنِ
جِنٌّ وَلاَ اِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ اِلاَّ يَشْهَدُ لَهُ يَوْمَ
اْلقِيَامَةِ. قَالَ اَبُوْ سَعِيْدٍ: سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص.
احمد و البخارى و النسائى و ابن ماجه، نيل الاوطار 2: 51
Dari
'Abdullah bin 'Abdur Rahman bin Abu Sha'sha'ah, bahwa Abu Sa'id
Al-Khudriy berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku melihat engkau suka
kepada kambing dan padang pasir. Maka jika kamu berada di (tempat
penggembalaan) kambing atau di padang pasirmu, keraskanlah suaramu
ketika adzan. Karena tidaklah jin, manusia ataupun sesuatu yang
mendengar suara muadzdzin, melainkan akan menjadi saksi nanti pada hari
qiyamat". Abu Sa'id berkata, "Saya mendengar perkataan itu dari
Rasulullah SAW". [HR. Ahmad, Bukhari, Nasai dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 51]
Sifat Adzan
عَنْ
نَافِعٍ اَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُوْلُ: كَانَ مُسْلِمُوْنَ حِيْنَ
قَدِمُوا اْلمَدِيْنَةَ يَجْتَمِعُوْنَ فَيَتَحَايَنُوْنَ الصَّلاَةَ
لَيْسَ يُنَادِى لَهَا فَتَكَلَّمُوْا يَوْمًا فِى ذلِكَ، فَقَالَ
بَعْضُهُمْ: اِتَّخِذُوْا نَاقُوْسًا مِثْلَ نَاقُوْسِ النَّصَارَى. وَ
قَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ بُوْقًا مِثْلَ قَرْنِ اْليَهُوْدِ. فَقَالَ
عُمَرُ: اَوَلاَ تَبْعَثُوْنَ رَجُلاً يُنَادِى بِالصَّلاَةِ. فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص: يَا بِلاَلُ، قُمْ، فَنَادِ بِالصَّلاَةِ. البخارى 1:
150
Dari
Nafi' dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Dahulu kaum muslimin ketika tiba di
Madinah (dari Makkah) mereka berkumpul menunggu-nunggu waktu shalat,
sedangkan tidak ada seruan untuk shalat. Lalu pada suatu hari mereka
membicarakan tentang hal itu. Sebagian ada yang berkata, "Gunakanlah
lonceng seperti loncengnya orang Nashrani". Dan sebagian yang lain
berkata, "Gunakanlah terompet seperti terompetnya orang Yahudi". 'Umar
berkata, "Mengapa kalian tidak menyuruh seseorang menyeru untuk shalat
?". Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Hai Bilal, bangkitlah, serulah untuk
shalat !". [HR. Bukhari juz 1, hal. 150]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ بْنِ عَبْدِ رَبّهِ قَالَ: لَمَّا اَجْمَعَ
رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ يَضْرِبَ بِالنَّاقُوْسِ يَجْمَعَ لِلصَّلاَةِ
النَّاسَ وَ هُوَ لَهُ كَارِهٌ لِمُوَافَقَتِهِ النَّصَارَى طَافَ بِى مِنَ
اللَّيْلِ طَائِفٌ وَ اَنَا نَائِمٌ رَجُلٌ عَلَيْهِ ثَوْبَانِ
اَخْضَرَانِ وَ فِى يَدِهِ نَاقُوْسٌ يَحْمِلُهُ، قَالَ، فَقُلْتُ لَهُ:
يَا عَبْدَ اللهِ، اَتَبِيْعُ النَّاقُوْسَ؟ قَالَ: وَ مَا تَصْنَعُ بِهِ؟
قُلْتُ: نَدْعُوْ بِهِ اِلَى الصَّلاَةِ. قَالَ: اَفَلاَ اَدُلُّكَ عَلَى
خَيْرٍ مِنْ ذلِكَ؟ قَالَ: فَقُلْتُ: بَلَى. قَالَ: تَقُوْلُ: اَللهُ
اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. اَشْهَدُ اَنْ
لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. اَشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
اللهِ. حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ. حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ. حَيَّ عَلَى
اْلفَلاَحِ. حَيَّ عَلَى اْلفَلاَحِ. اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. لاَ
اِلهَ اِلاَّ اللهُ. قَالَ: ثُمَّ اسْتَأْخَرْتُ غَيْرَ بَعِيْدٍ قَالَ:
ثُمَّ تَقُوْلُ اِذَا اَقَمْتَ الصَّلاَةَ: اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. اَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ. حَيَّ عَلَى
اْلفَلاَحِ.قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ. قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ. اَللهُ
اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. قَالَ: فَلَمَّا
اَصْبَحْتُ اَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص فَاَخْبَرْتُهُ بِمَا رَأَيْتُ،
قَالَ: فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ هذِهِ لَرُؤْيَا حَقّ اِنْ شَاءَ
اللهُ. ثُمَّ اَمَرَ بِالتَّأْذِيْنِ فَكَانَ بِلاَلٌ مَوْلَى اَبِىْ
بَكْرٍ يُؤَذّنُ بِذلِكَ وَ يَدْعُوْ رَسُوْلَ اللهِ ص اِلَى الصَّلاَةِ.
قَالَ فَجَاءَهُ فَدَعَاهُ ذَاتَ غَدَاةٍ اِلَى اْلفَجْرِ فَقِيْلَ لَهُ.
اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَائِمٌ قَالَ فَصَرَخَ بِلاَلٌ بِاَعْلَى
صَوْتِهِ: اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مّنَ النَّوْمِ. قَالَ سَعِيْدُ بْنُ
اْلمُسَيَّبِ: فَاُدْخِلَتْ هذِهِ اْلكَلِمَةُ فِى التَّأْذِيْنِ اِلَى
صَلاَةِ اْلفَجْرِ. احمد 4: 43
Dari
'Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbih, ia berkata, "Ketika Rasulullah SAW
sudah menyetujui dipukulnya lonceng guna memanggil orang-orang untuk
shalat, padahal sebenarnya beliau tidak menyukainya, karena menyerupai
orang-orang Nashrani, maka pada suatu malam ketika aku ('Abdulah bin
Zaid) tidur, tiba-tiba aku bermimpi, ada seorang laki-laki yang
mengenakan dua pakaian hijau, mengelilingiku, sedang di tangannya ada
lonceng yang dibawanya". 'Abdullah bin Zaid berkata : Lalu aku bertanya
kepadanya, "Hai hamba Allah, apakah lonceng itu akan kau jual ?". Ia
menjawab, "Akan kau pergunakan untuk apa ?". 'Abdullah bin Zaid berkata :
Saya menjawab, "Akan kupergunakan memanggil (orang) untuk shalat".
Orang tersebut lalu berkata, "Maukah engkau, kutunjukkan yang lebih baik
daripada itu ?". 'Abdullah bin Zaid berkata : Aku menjawab, "Ya,
baiklah". Ia berkata, "Yaitu hendaklah engkau ucapkan : Alloohu
Akbar, Alloohu Akbar. Alloohu Akbar, Alloohu Akbar. Asyhadu allaa ilaaha
illallooh, Asyhadu allaa ilaaha illallooh. Asyhadu anna Muhammadar
Rasuulullooh, Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullooh. Hayya 'alash
sholaah, Hayya 'alash-sholaah. Hayya 'alal falaah, Hayya 'alal falaah.
Alloohu Akbar, Alloohu Akbar. Laa ilaaha illallooh". 'Abdullah bin
Zaid berkata : Kemudian aku mundur tidak seberapa jauh. Lalu orang itu
berkata, "Apabila engkau iqamah, sebutlah Alloohu Akbar, Alloohu
Akbar. Asyhadu allaa ilaaha illallooh. Asyhadu anna Muhammadar
Rasuulullooh. Hayya 'alash sholaah. Hayya 'alal falaah. Qod
qoomatish-sholaah, Qod qoomatish-sholaah. Alloohu Akbar, Alloohu Akbar.
Laa ilaaha illallooh". 'Abdullah bin Zaid berkata, Kemudian setelah
waktu pagi aku datang kepada Rasulullah SAW untuk menceritakan kepada
beliau apa yang aku impikan itu". 'Abdullah bin Zaid berkata : Kemudian
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya ini adalah mimpi yang benar,
insya Allah". Kemudian Nabi SAW memerintahkan adzan. Maka Bilal maula
Abu Bakar beradzan dengan lafadh-lafadh tersebut dan menyeru Rasulullah
SAW untuk shalat. 'Abdullah bin Zaid berkata, "Lalu pada suatu pagi
Bilal datang kepada Nabi SAW, memanggil beliau untuk shalat Shubuh. Lalu
dikatakan kepadanya bahwa Rasulullah SAW masih tidur, lalu Bilal
mengeraskan suaranya dengan suara yang tinggi : Ashsholaatu khoirum minan nauum (Shalat
itu lebih baik dari pada tidur)". Sa'id bin Musayyab (perawi) berkata,
"Lalu lafadh ini dimasukkan ke dalam bagian dari adzan untuk shalat
Shubuh". [HR. Ahmad, juz 4, hal. 43]
عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ بْنِ عَبْدِ رَبّهِ قَالَ:
حَدَّثَنِى اَبِى عَبْدُ اللهِ بْنُ زَيْدٍ قَالَ:... فَلَمَّا اَصْبَحْتُ
اَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص فَاَخْبَرْتُهُ بِمَا رَاَيْتُ، فَقَالَ:
اِنَّهَا لَرُؤْيَا حَقّ اِنْ شَاءَ اللهُ. فَقُمْ مَعَ بِلاَلٍ فَاَلْقِ
عَلَيْهِ مَا رَأَيْتَ فَلْيُؤَذّنْ بِهِ، فَاِنَّهُ اَنْدَى صَوْتًا
مِنْكَ. فَقُمْتُ مَعَ بِلاَلٍ فَجَعَلْتُ اُلْقِيْهِ عَلَيْهِ. وَ
يُؤَذّنُ بِهِ. قَالَ: فَسَمِعَ ذلِكَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ وَ هُوَ فِى
بَيْتِهِ، فَخَرَجَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ وَ يَقُوْلُ: وَ الَّذِى بَعَثَكَ
بِاْلحَقّ يَا رَسُوْلَ اللهِ، لَقَدْ رَأَيْتُ مِثْلَ مَا رَأَى. فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص: فَلِلّهِ اْلحَمْدُ. ابو داود 1: 135
Dari
Muhammad bin 'Abdullah bin Zaid bin 'Abdi Rabbih, ia berkata ayahku
'Abdullah bin Zaid menceritakan kepadaku, ia berkata : .... maka ketika
waktu pagi, aku datang kepada Rasulullah SAW lalu kuceritakan kepada
beliau apa yang aku impikan itu. Maka Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya ini adalah mimpi yang benar, insya Allah. Berdirilah,
temuilah Bilal dan sampaikanlah kepadanya apa yang engkau impikan, agar
ia beradzan dengan lafadh-lafadh itu, karena Bilal lebih keras suaranya
daripada kamu". ('Abdullah bin Zaid berkata), "Lalu aku menemui Bilal
dan saya sampaikan kepadanya apa yang aku impikan itu, dan Bilal pun
lalu adzan dengan lafadh-lafadh itu". Ia berkata, "Lalu 'Umar bin
Khaththab mendengar yang demikian itu, sedang ia berada di rumahnya.
Kemudian ia keluar sambil menyeret selendangnya, dan berkata, "Demi
Allah yang telah mengutus engkau dengan benar, ya Rasulullah, sungguh
aku juga mimpi persis seperti yang ia impikan itu". Lalu Rasulullah SAW
mengucapkan, "Bagi Allah lah segala puji". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 135]
عَنْ
اَنَسٍ قَالَ: اُمِرَ بِلاَلٌ اَنْ يَشْفَعَ اْلاَذَانَ وَ يُوْتِرُ
اْلاِقَامَةَ اِلاَّ اْلاِقَامَةَ. احمد و البخارى و مسلم و ابو داود، نيل
الاوطار 2: 45
Dari Anas, ia berkata : Bilal diperintahkan untuk menggenapkan adzan dan mengganjilkan iqamah, kecuali lafadh iqamah (Qod qoomatish-sholaah, Qod qoomatish-sholaah). [HR. Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 45]
عَنْ
اَبِى مَحْذُوْرَةَ قَالَ، قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ ِعَلّمْنِى سُنَّةَ
اْلاَذَانِ، فَعَلَّمَهُ. وَ قَالَ: فَاِنْ كَانَ صُلاَةُ الصُّبْحَ
قُلْتَ: اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ، اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ
النَّوْمِ. اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ. لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ.
احمد و ابو داود، نيل الاوطار 2: 50
Dari
Abu Mahdzurah, ia berkata : Saya pernah berkata kepada Rasulullah, "Ya
Rasulullah, ajarilah aku cara adzan". Lalu Nabi SAW mengajarinya adzan.
Dan beliau bersabda, "Kemudian jika akan shalat Shubuh, maka sebutlah Ashsholaatu khoirum minan nauum. Ashsholaatu khoirum minan nauum. Alloohu Akbar, Alloohu Akbar. Laa ilaaha illallooh. [HR. Ahmad dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 50]
Jarak antara Adzan dan Iqamah.
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: بَيْنَ كُلّ
اَذَانَيْنِ صَلاَةٌ بَيْنَ كُلّ اَذَانَيْنِ صَلاَةٌ. ثُمَّ قَالَ فِى
الثَّالِثَةِ: لِمَنْ شَاءَ. البخارى1: 154
Dari
'Abdullah bin Mughaffal, ia berkata : Nabi SAW bersabda, "Diantara
setiap dua adzan (adzan dan iqamah) ada shalat, diantara dua adzan ada
shalat". Kemudian beliau bersabda pada yang ketiganya, "Bagi siapa yang
mau". [HR. Bukhari, juz 1, hal. 154]
عَنْ
اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ اْلمُؤَذّنُ اِذَا اَذَّنَ قَامَ نَاسٌ
مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيّ ص يَبْتَدِرُوْنَ السَّوَارِيَ حَتَّى يَخْرُجَ
النَّبِيُّ ص وَ هُمْ كَذٰلِكَ يُصَلُّوْنَ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ
اْلمَغْرِبِ وَ لَمْ يَكُنْ بَيْنَ اْلاَذَانِ وَ اْلإِقَامَةِ شَيْءٌ.
قَالَ شُعْبَةُ: لَمْ يَكُنْ بَيْنَهُمَا اِلاَّ قَلِيْلٌ. البخارى1: 154
Dari
Anas bin Malik, ia berkata, "Apabila muadzdzin telah selesai adzan,
maka para shahabat Nabi SAW menuju ke pilar-pilar masjid (untuk shalat
sunnah) sampai Nabi SAW keluar (ke masjid), dan dengan cara begitu
mereka shalat dua rekaat sebelum shalat Maghrib. Dan tidak ada diantara
adzan dan iqamah itu sesuatu (waktu yang lama)". Syu'bah berkata, "Tidak
ada antara keduanya kecuali waktu yang sebentar". [HR. Bukhari, juz 1, hal. 154]
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا سَكَتَ اْلمُؤَذّنُ
بِاْلأُوْلَى مِنْ صَلاَةِ اْلفَجْرِ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ
خَفِيْفَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ اْلفَجْرِ بَعْدَ اَنْ يَسْتَبِيْنَ
اْلفَجْرُ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقّهِ اْلاَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ
اْلمُؤَذّنُ لِلإِقَامَةِ. البخارى1: 154
Dari
'Aisyah RA, ia berkata, "Apabila muadzdzin telah selesai adzan Shubuh
maka Rasulullah SAW sebelum shalat Shubuh, beliau shalat ringan lebih
dahulu dua rekaat sesudah terbit fajar. Setelah itu beliau berbaring
pada lambung kanan beliau sampai datang muadzdzin kepada beliau
memberitahukan hendak iqamah untuk shalat (Shubuh). [HR. Bukhari, juz 1, hal. 154]
Adzan sebelum dan setelah waktu Shubuh.
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لاَ يَمْنَعَنَّ
اَحَدَكُمْ اَوْ اَحَدًا مِنْكُمْ اَذَانُ بِلاَلٍ مِنْ سَحُوْرِهَ
فَاِنَّهُ يُؤَذّنُ اَوْ يُنَادِى بِلَيْلٍ لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَ
لِيُنَبّهَ نَائِمَكُمْ وَ لَيْسَ اَنْ يَقُوْلَ اْلفَجْرُ اَوِ الصُّبْحُ
وَ قَالَ بِاَصَابِعِهِ وَ رَفَعَهَا اِلَى فَوْقُ وَ طَأْطَأَ اِلَى
اَسْفَلُ حَتَّى يَقُوْلَ هٰكَذَا. وَ قَالَ زُهَيْرٌ بِسَبَّابَتَيْهِ
اِحْدَاهُمَا فَوْقَ اْلاُخْرَى ثُمَّ مَدَّهُمَا عَنْ يَمِيْنِهِ وَ
شِمَالِهِ. البخارى1: 153
Dari
'Abdullah bin Mas'ud, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Adzannya Bilal
janganlah menghalangi seseorang kalian atau seseorang diantara kalian
dari makan sahurnya, karena ia adzan atau memanggil di malam hari, agar
orang yang mendirikan (shalat malam) kembali, dan untuk membangunkan
orang yang masih tidur diantara kalian, bukan menunjukkan sudah Fajar
atau Shubuh". Beliau berisyarat dengan jari-jari diangkat ke atas dan
menurunkannya ke bawah (mengisyaratkan fajar kadzib), sehingga beliau
berisyarat demikian. Zuhair (perawi) menjelaskan dengan mengisyaratkan
kedua jari telunjuknya, salah satunya diangkat atas yang lainnya
(menunjukkan fajar kadzib), kemudian membentangkan kedua jarinya itu ke
kanan dan ke kiri (menunjukkan fajar shadiq). [HR. Bukhari, juz 1, hal. 153]
عَنْ
سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ
يَغُرَّنَّكُمْ مِنْ سَحُوْرِكُمْ اَذَانُ بِلاَلٍ، وَ لاَ بَيَاضُ
اْلاُفُقِ اْلمُسْتَطِيْلُ هٰكَذَا حَتَّى يَسْتَطِيْرَ هٰكَذَا. مسلم2:
770
Dari
Samurah bin Jundab RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Jangan
sekali-kali adzannya Bilal itu mengecoh kalian dari sahur kalian, dan
jangan pula putihnya ufuq yang tegak seperti ini mengecoh kalian,
sehingga ufuq itu melintang begini". [HR. Muslim juz 2, hal. 770]
عَنْ
عَائِشَةَ وَ ابْنِ عُمَرَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِنَّ بِلاَلاً
يُؤَذّنُ بِلَيْلٍ فَكُلُوْا وَ اشْرَبُوْا حَتَّى يُؤَذّنُ ابْنُ اُمّ
مَكْتُوْمٍ. احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 2: 56
Dari
'Aisyah dan Ibnu 'Umar RA, bahwa Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya Bilal
adzan diwaktu malam, karena itu makanlah dan minumlah sehingga Ibnu
Ummi Maktum adzan". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 56]
و لاحمد و البخارى: فَاِنَّهُ لاَ يُؤَذّنُ حَتَّى يَطْلُعَ اْلفَجْرُ. فى نيل الاوطار2: 56
Dan bagi Ahmad dan Bukhari disebutkan, "Karena sesungguhnya Ibnu Ummi Maktum tidak adzan sehingga fajar (Shubuh) telah terbit". [Dalam Nailul Authar juz 2, hal. 56]
Keterangan :
Waktu
Shubuh ialah apabila sudah terbit ufuq yang melintang, bukan ufuq yang
tegak berdiri. Dan ufuq yang melintang itulah yang disebut "fajar
shadiq" dan disebut juga "fajar kedua" atau "mustathir". Adapun
"mustathil" (yang tegak) adalah fajar kadzib, yang bentuknya seperti
ekor serigala.
Menjawab (menirukan) Adzan ketika mendengarnya.
عَنْ
اَبِى سَعِيْدٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِذَا سَمِعْتُمُ النّدَاءَ
فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ اْلمُؤَذّنُ. الجماعة، فى نيل الاوطار 2:
58
Dari
Abu Sa'id, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, "Apabila kamu mendengar
adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh muadzdzin itu". [HR. Jama'ah, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 58]
قَالَ
يَحْيَى وَ حَدَّثَنِى بَعْضُ اِخْوَانِنَا اَنَّهُ قَالَ لَمَّا قَالَ
حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، قَالَ: لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ.
وَ قَالَ هٰكَذَا سَمِعْنَا نَبِيَّكُمْ ص يَقُوْلُ. البخارى 1: 152
Yahya berkata : Dan menceritakan kepadaku sebagian dari saudara-saudara kami, bahwasanya ia berkata, "Setelah muadzdzin berseru hayya 'alash sholaah, maka orang yang mendengar mengucapkan Laa haula wa laa quwwata illaa billaah". Dan ia mengatakan, "Demikianlah kami mendengar Nabi kalian SAW bersabda". [HR. Bukhari juz 1, hal. 152]
عَنْ
عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا قَالَ
اْلمُؤَذّنُ: اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، فَقَالَ اَحَدُكُمْ: اَللهُ
اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. ثُمَّ قَالَ: اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ
اللهُ. قَالَ: اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ. ثُمَّ قَالَ:
اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. قَالَ: اَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. ثُمَّ قَالَ: حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ. قَالَ:
لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ. ثُمَّ قَالَ: حَيَّ عَلَى
اْلفَلاَحِ. قَالَ: لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ. ثُمَّ
قَالَ: اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. قَالَ: اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ
اَكْبَرُ. ثُمَّ قَالَ: لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ. قَالَ: لاَ اِلٰهَ اِلاَّ
اللهُ مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. مسلم1: 289
Dari 'Umar bin Khaththab, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Apabila muadzdzin berseru Alloohu Akbar Alloohu Akbar lalu salah seorang diantara kalian juga mengucapkan Alloohu Akbar Alloohu Akbar. Kemudian apabila muadzdzin berseru Asyhadu allaa ilaaha illallooh, ia mengucapkan Asyhadu allaa ilaaha illallooh. Kemudian apabila muadzdzin berseru Asyhadu anna Muhammadar rasuulullooh, ia mengucapkan Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullooh. Kemudian apabila muadzdzin berseru Hayya 'alash sholaah, ia mengucapkan Laa haula wa laa quwwata illaa billaah (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Kemudian apabila muadzdzin berseru Hayya 'alal falaah, ia mengucapkan Laa haula wa laa quwwata illaa billaah. Kemudian apabila muadzdzin berseru Alloohu Akbar Alloohu Akbar, ia mengucapkan Alloohu Akbar Alloohu Akbar. Kemudian apabila muadzdzin berseru Laa ilaaha illallooh, ia mengucapkan Laa ilaaha illallooh, yang keluar dari hatinya (ikhlash), niscaya ia masuk surga". [HR. Muslim, juz 1, hal. 289]
Bacaan sesudah Adzan
عَنْ
جَابِرٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ قَالَ حِيْنَ يَسْمَعُ
النّدَاءَ: اَللّهُمَّ رَبَّ هٰذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَ الصَّلاَةِ
اْلقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا اْلوَسِيْلَةَ وَ اْلفَضِيْلَةَ وَ ابْعَثْهُ
مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ. حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى
يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. الجماعة الا مسلما، فى نيل الاوطار2: 60
Dari Jabir bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa setelah mendengar adzan lalu membaca Alloohumma
robba haadzihid da'watit taammah, washsholaatil qooimah, aati
Muhammadanil wasiilata wal fadliilah, wab'atshu maqoomam
mahmuudanilladzii wa'adtah. (Ya Allah, Tuhan yang mempunyai seruan
yang sempurna dan shalat yang berdiri, berikanlah kepada Nabi Muhammad
SAW derajat yang tinggi dan pangkat yang mulia, dan tempatkanlah dia di
tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya), niscaya dia
akan mendapat syafa'atku nanti di hari qiyamat". [HR. Jama'ah, kecuali Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 60]
عَنْ
اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلدُّعَاءُ لاَ
يُرَدُّ بَيْنَ اْلاَذَانِ وَ اْلاِقَامَةِ. احمد و ابو داود و الترمذى،
فىنيل الاوطار 2: 62
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Doa antara adzan dan iqamah itu tidak akan ditolak". [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 62]
berikut ada beberapa mp3 adzan yang saya dapat dari beberapa sumber, semoga bermanfaat. klik link dibawah ini
http://anaknomor3.blogspot.com/2014/10/download-mp3-adzan.html
http://anaknomor3.blogspot.com/2014/10/download-mp3-adzan.html