Berdasarkan KBBI tanaman avokad
adalah tanaman yang tingginya mencapai 3-10 m, bentuk buahnya bulat lonjong,
berkulit hijau atau coklat keungu-unguan, berdaging tebal lunak berwarna kuning
kehijau-hijauan dan enak dimakan. Di Indonesia buah ini sering disebut dengan
nama buah alpukat atau apukat. Buah dengan nama ilmiah Persea americana ini selain enak dimakan juga biasa dijadikan buah
hidangan di meja makan serta biasa menjadi buah tangan ketika bertamu atau
menjenguk orang sakit. Tanaman ini memiliki banyak manfaat, mulai dari buah, biji
dan juga bagian tanaman yang lain. Dikarenakan manfaat yang dimiliki oleh
tanaman ini, maka tanaman ini sudah banyak dikembangkan dan juga ditanam untuk
diambil hasilnya.
KLASIFIKASI TANAMAN AVOKAD
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo/Bangsa : Laurales
Famili/Keluarga : Lauraceae
Genus/Marga : Persea
Spesies : Persea
americana Mill.
SEJARAH SINGKAT AVOKAD
Buah avocado (Bahasa inggris) ini berasal dari Amerika tengah. Berasal
dari bahasa Aztek yaitu ahuacatl (baca: awakatl), suku Aztek ini berada di
daerah Amerika tengah. Buah avokad menyebar ke daerah Eropa ketika pasukan
Spanyol masuk wilayah Amerika tengah, dan orang yang memperkenalkan ke Eropa pertama
kali adalah Martin Fernandez de Enciso, salah satu pemimpin pasukan Spanyol.
Sejak saat inilah buah avokad menyebar ke wilayah lain seperti Asia dan
Australia, dan masuk ke Indonesia oleh Belanda pada abad ke-19, ada yang
memperkirakan masuk ke Indonesia abad ke-18, dan secara resmi tahun 1920-1930
Indonesia mengintroduksi 20 varietas avokad dari Negara asalnya.
MANFAAT AVOKAD
Seperti saya tulis di atas, dalam
salah satu sumber menyebutkan buah avokad memiliki banyak manfaat. Bijinya
digunakan dalam industri pakaian sebagai pewarna yang tidak mudah luntur.
Batang pohonnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Kulit pohonnya digunakan
sebagai pewarna warna coklat pada produk dari bahan kulit. Daging buahnya dapat
dijadikan hidangan serta menjadi bahan dasar untuk beberapa produk kosmetik dan
kecantikan. Selain itu, daging buah apokat untuk mengobati sariawan dan
melembabkan kulit yang kering. Daun apokat digunakan untuk mengobati kencing
batu, darah tinggi, sakit kepala, nyeri saraf, nyeri lambung, saluran napas
membengkak dan menstruasi yang tidak teratur. Bijinya dapat digunakan untuk
mengobati sakit gigi dan kencing manis.
JENIS-JENIS TANAMAN AVOKAD
Berdasarkan sifat ekologis,
tanaman avokad terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu :
1. Ras Meksiko
Berasal
dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan ketinggian
antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas.
Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan
berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan
licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan
minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.
2. Ras Guatemala
Berasal
dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian
sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi
sampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang
cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras,
mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah
berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga,
dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang
sedang.
3. Ras Hindia Barat
Berasal
dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis,
dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu
rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas,
warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya
berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah
licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar
dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari
daging buahnya paling rendah.
Indonesia memang negara yang
subur, sampai ada yang menyebutkan tongkat kayupun jadi tanaman. Banyak tanaman
tumbuh dan berkembang di Indonesia, walaupun tidak semua ada di negara ini.
Salah satu yang tumbuh subur adalah avokad. Sudah banyak jenis dan varietas
yang di introduksi dari negara asalnya ke negara ini. Beberapa jenis avokad
yang ada di Indonesia adalah :
1. Avokad ijo bundar – Jenis ini banyak tumbuh di
daerah Malang Jawa timur yang berbuah sepanjang tahun dengan kondisi kesuburan
tanah yang sesuai. Permukaan buahnya licin dengan bintik kuning, buahnya
lonjong dengan pangkal buah tumpul. Buahnya bewarna hijau tua saat matang
dengan daging buah tebal, cita rasa yang gurih dan kering.
2. Avokad ijo panjang – Bentuk buah avokad jenis ini
berbentuk seperti buah pir dengan pangkal buah yang runcing. Permukaannya licin
berbintik dengan daging buah berwarna hijau tua merah saat matang. Dagingnya
tebal, gurih dan sedikit lunak.
3. Avokad merah bundar – Jenis buah avokad ini lebih
kecil dari kedua jenis sebelumnya. Tanaman buah avokad yang berkulit licin
berbintik dan berwarna merah tua memiliki daging buah yang tebal berwarna
kuning kehijauan. Cita rasanya enak, gurih dan kering.
4. Avokad merah panjang – Jenis buah ini memiliki
bentuk seperti avokad ijo panjang namun warnanya seperti jenis avokad merah
bundar. Daging buahnya tebal berwarna kuning hijau dengan rasa yang gurih dan
agak kering.
Sekali lagi, Indonesia adalah
negara yang subur dengan banyak tanaman tumbuh dari ujung barat sampai timur
Indonesia. Varietas avokad di Indonesia ada banyak macamnya, ada yang bersifat
unggul dan juga yang dijadikan sebagai bahan penelitian untuk diambil manfaat
dikemudian hari. Tanaman yang unggul sudah banyak dibudidayakan. Sifat-sifat
unggul tersebut memiliki ciri yaitu produksinya tinggi, toleran terhadap hama
dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah
berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji,
serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri
Pertanian telah menetapkan 2 varietas avokad unggul, yaitu avokad ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas
tersebut adalah:
1. Tinggi pohon: avokad ijo panjang 5-8 m, avokad ijo
bundar 6-8 m.
2. Bentuk daun: avokad ijo panjang bulat panjang
dengan tepi rata, avokad ijo bundar bulat panjang dengan tepi berombak.
3. Berbuah: avokad ijo panjang terus-menerus,
tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan, avokad ijo bundar terus-menerus,
tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.
4. Berat buah: avokad ijo panjang 0,3-0,5 kg, avokad
ijo bundar 0,3-0,4 kg
5. Bentuk buah: avokad ijo panjang bentuk pear
(pyriform), avokad ijo bundar lonjong (oblong).
6. Rasa buah: avokad ijo panjang enak, gurih, agak
lunak, avokad ijo bundar enak, gurih, agak kering.
7. Diameter buah: avokad ijo panjang 6,5-10 cm
(rata-rata 8 cm), avokad ijo bundar 7,5 cm.
8. Panjang buah: avokad ijo panjang 11,5-18 cm
(rata-rata 14 cm), avokad ijo bundar 9 cm.
9. Hasil: avokad ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun
(rata-rata 50 kg), avokad ijo bundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).
Adapun varietas lain yang saat
ini tidak termasuk dalam kategori bersifat unggul merupakan plasma nutfah
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa
varietas avokad yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah avokad
merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla,
furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan
edranol.
SENTRA BUDIDAYA AVOKAD
Tentu saja karena berasal dari
Amerika tengah, maka pantas jika penulis sebutkan bahwa negara yang memproduksi
avokad dalam skala besar yaitu Amerika (Florida, California, Hawaii). Disusul
negara-negara lain seperti Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan.
Walaupun begitu banyak di negara tersebut, di Indonesia tanaman avokad masih
merupakan tanaman pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usahatani. Daerah
penghasil avokad adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi
Selatan, dan Nusa Tenggara.
SYARAT TUMBUH AVOKAD
1.
Iklim
a. Angin diperlukan oleh tanaman avokad, terutama
untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6
km/jam dapat dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman avokad yang
tergolong lunak, rapuh dan mudah patah.
b. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat dan
persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah beriklim tropis dengan
curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari
kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman avokad masih dapat tumbuh asal
kedalaman air tanah maksimal 2 m.
c. Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan avokad
berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko dan
Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklim kering, bila dibandingkan
dengan ras Hindia Barat.
d. Suhu optimal
untuk pertumbuhan avokad berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat
tanaman avokad dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman avokad
dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu
kardinal tanaman avokad tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko
memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C,
dan Hindia Barat sampai 2 derajat C.
2.
Media tanam
a. Tanaman avokad agar tumbuh optimal memerlukan
tanah gembur, tidak mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang
baik), subur dan banyak mengandung bahan organik.
b. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan avokad adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam),
lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (aluvial loam).
c. Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan avokad berkisar
antara pH sedikit asam sampai netral,
(5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur
Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas
6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang.
3.
Ketinggian tempat
Pada umumnya tanaman avokad dapat tumbuh di dataran rendah
sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur
dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman avokad
ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian
1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.
CARA BUDIDAYA AVOKAD
1.
Pembibitan
a. Persyaratan Bibit
Bibit
yang baik antara lain yang berasal dari
1) Buah yang
sudah cukup tua.
2) Buahnya
tidak jatuh hingga pecah.
3) Pengadaan
bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian
bersilang.
b.
Penyiapan Bibit
Sampai saat ini bibit avokad hanya dapat diperoleh secara
generatif (melalui biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan
penyambungan mata/okulasi). Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari
biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada
kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil
okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang
didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
c.
Teknik Penyemaian Bibit
1) Penyambungan
pucuk (enten)
Pohon pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang
sudah berumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal dari
biji yang berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi 30 cm/kurang, dan
yang penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang
sambungannya digunakan ujung dahan yang masih muda dan berdiameter lebih kurang
0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon
pokok sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam belahan di
samping pohon pokok yang diikat/dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat adalah
pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon
pokok dilakukan serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok.
Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh,
tidak berangin, dan lembab. Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah
serangan penyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama
tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan kelthane.
Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, dan
pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan
2) Penyambungan
mata (okulasi)
Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal
berumur 8-10 bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang
sehat, dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik untuk
menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya.
Caranya adalah kulit pohon pokok disayat
sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan
ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan
sedikit kayu dari cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa
merusak mata. Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah
disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan sampai
tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan pita plastik. Bila dalam 3-5 hari
matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil.
Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik
dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya,
kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan
mata dapat lebih cepat. Setelah batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1
m, maka bagian pohon pokok yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi
dan lukanya diratakan, kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan.
Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan
pemindahan yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan.
Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah
menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat penyambungan
jangan terlalu tinggi (antara 15-25 derajat C). Selain itu juga jangan
dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari
langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2
minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan
melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bisa juga
diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian
hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja.
2.
Pengolahan Media Tanam
Lahan untuk tanaman avokad harus dikerjakan dengan baik; harus
bersih dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta
batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor,
lalu dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim
kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim
hujan.
3.
Teknik Penanaman
a.
Pola Penanaman
Pola penanaman avokad sebaiknya dilakukan secara kombinasi
antara varietas-varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas
tanaman avokad tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo
panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas avokad
di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe bunga A
adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler,
benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe B
adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan
queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena
itu, penanaman avokad dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang
memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling
menyerbuki satu sama lain.
b.
Pembuatan Lubang Tanam
1) Tanah
digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang
tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
2) Tanah
bagian atas dan bawah dipisahkan.
3) Lubang
tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur
dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
4) Lubang
tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak
lubang tanam.
c.
Cara Penanaman
Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan
tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang
perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi
dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami
atau turun hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
1) Lubang
tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.
2) Bibit
dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah
tetap utuh.
3) Bibit
beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher
batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
4) Setiap
bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung,
terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dengan
bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh
tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.
4.
Pemeliharaan Tanaman
a.
Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu
banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan,
gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu,
agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut)
secara rutin.
b.
Penggemburan Tanah
Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat
dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat
leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman
perlu digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.
c.
Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga
penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah
pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.
d.
Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh
terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara
hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka
bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.
e.
Pemupukan
Dalam pembudidayaan tanaman avokad diperlukan program
pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman avokad,
khususnya akar-akar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang
ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil. Jumlah
pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program pemupukan
tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk
tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing
sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman
umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing
sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya
diberikan 4 kali dalam setahun.
Mengingat tanaman avokad hanya mempunyai sedikit akar rambut,
maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan
pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di
bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.
HAMA DAN PENYAKIT AVOKAD
1.
Hama pada Daun
a.
Ulat kipat (Cricula
trisfenestrata Helf)
Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih
dan dipenuhi rambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah menyala. Gejala:
Daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun
habis sama sekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat kepompong
bergelantungan. Pengendalian: Menggunakan insektisida yang mengandung bahan
aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1-3
cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.
b.
Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
Ciri: Sayap kupu-kupu dapat mencapai ukuran 25 cm dengan warna
coklat kemerahan dan segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung
putih, panjang 15 cm dan mempunyai duri yang berdaging. Pupa terdapat di dalam kepompong
yang berwarna coklat. Gejala: Sama
dengan gejala serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan
melainkan terdapat di antara daun. Pengendalian: Sama dengan pemberantasan ulat
kipat.
c.
Aphis
gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.
Ciri: Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat.
Hama ini mengeluarkan embun madu yang biasanya ditumbuhi cendawan jelaga
sehingga daun menjadi hitam dan semut berdatangan. Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada
serangan yang hebat tanaman akan kerdil dan terpilin. Pengendalian: Disemprot
dengan insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, misalnya Orthene 75 SP
dengan dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.
d.
Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso.)/Planococcus
citri Risso.
Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai
merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di
tepi tubuh dengan jumlah 14-18 pasang dan yang terpanjang di bagian pantatnya.
Gejala: Pertumbuhan tanaman terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang,
tangkai bunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat pucat,
tertutup massa berwarna putih, dan lama kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida
yang mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril.
Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi
fomula.
e.
Tungau merah (Tetranychus
cinnabarinus Boisd.)
Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan,
sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan. Terdapat beberapa bercak
hitam, kaki dan bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5 mm. Gejala: Permukaan daun
berbintik-bintik kuning yang kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti
karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yang halus. Serangan yang hebat
dapat menyebabkan daun menjadi layu dan rontok.
Pengendalian: Disemprot dengan akarisida Kelthan MF yang mengandung
bahan aktif dikofoldan, dengan dosis 0,6-1 liter/ha.
2.
Hama pada Buah
a.
Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)
Ciri: Ukuran tubuh 6 - 8 mm dengan bentangan sayap 5 - 7 mm.
Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih dan bagian perut coklat
muda dengan pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda
dan kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm. Gejala: Terlihat bitnik hitam/bejolan pada permukaan
buah, yang merupakan tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur.
Bagian dalam buah berlubang dan busuk karena dimakan larva. Pengendalian: Dengan umpan minyak
citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan
insektisida dapat dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC yang berbahan
aktif triazofos dosis 2 cc/liter dan tindakan yang paling baik adalah
memusnahkan semua buah yang terserang atau membalik tanah agar larva terkena
sinar matahari dan mati.
b.
Codot (Cynopterus
sp.)
Ciri: Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil
menyerang buah-buahan pada malam hari. Gejala: Terdapat bagian buah yang
berlubang bekas gigitan. Buah yang terserang hanya yang telah tua, dan bagian
yang dimakan adalah daging buahnya saja. Pengendalian: Menangkap codot
menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin yang diberi peluit
sehingga dapat menimbulkan suara.
3.
Hama pada Cabang/Ranting
a.
Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth. / Xylosandrus
morigerus Bldf).
Ciri: Kumbang yang lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna
coklat tua dan berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2
mm. Gejala: Terdapat lubang yang
menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan itu dapat semakin besar
sehingga makanan tidak dapat tersalurakan ke daun, kemudian daun menjadi layu
dan akhirnya cabang atau ranting tersebut mati.
Pengendalian: Cabang/ranting yang terserang dipangkas dan dibakar. Dapat
juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung
dalam Orthene 75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter dan Diazinon 60
EC dosis 1-2 cc/liter.
4.
Penyakit yang disebabkan Jamur
a.
Antraknosa
Penyebab: Jamur Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang mempunyai miselium berwarna cokleat
hijau sampai hitam kelabu dan sporanya berwarna jingga. Gejala: Penyakit ini menyerang semua bagian
tanaman, kecuali akar. Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian
daun, bunga, buah/cabang tanaman yang terserang akan gugur. Pengendalian:
Pemangkasan ranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal
(sudah tua tapi belum matang). Dapat juga disemprot dengan fungisida yang
berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2
minggu sebelum pemetikan dengan dosis 2-2,5 gram/liter.
b.
Bercak daun atau bercak cokelat
Penyebab: Cercospora purpurea Cke./dikenal juga
dengan Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap
dan menyukai tempat lembab. Gejala: bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua
di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi
bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang
dapat dimasuki organisme lain.
Pengendalian: Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung
benomyl, dengan dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga dengan mengoleskan bubur
Bordeaux.
c.
Busuk akar dan kanker batang
Penyebab: Jamur Phytophthora
yang hidup saprofit di tanah yang mengandung bahan organik, menyukai tanah
basah dengan drainase jelek. Gejala:
Bila tanaman yang terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas
mudanya jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal adalah kematian pohon. Bila
batang tanaman yang terserang maka akan tampak perubahan warna kulit pada
pangkal batang. Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air
yang menggenang/dengan membongkar tanaman yang terserang kemudian diganti
dengan tanaman yang baru.
d.
Busuk buah
Penyebab: Botryodiplodia
theobromae pat. Jamur ini menyerang
apabila ada luka pada permukaan buah. Gejala: Bagian yang pertama kali diserang
adalah ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak
teratur, yang kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul
tonjolan-tonjolan kecil. Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan
fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif Zineb, dengan dosis 2-2,5
gram/liter.
PANEN
1.
Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah:
a.
warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah
dan tidak mengkilap;
b.
bila buah diketuk dengan punggung kuku,
menimbulkan bunyi yang nyaring;
c.
bila buah digoyang-goyang, akan terdengar
goncangan biji.
Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman
tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar sampai enam bulan
kemudian, karena buah avokad biasanya tua setelah 6-7 bulan dari saat bunga
mekar. Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila
buah-buah contoh tersebut masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah tua
dan siap dipanen.
2.
Cara Panen
Umumnya memanen buah avokad dilakukan secara manual, yaitu
dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan
untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan menggunakan alat/galah yang
diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus
dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar,
luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.
3.
Periode Panen
Biasanya avokad mengalami musim berbunga pada awal musim
hujan, dan musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan
Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman avokad,
musim panen dapat terjadi setiap bulan.
4.
Prakiraan Produksi
Produksi buah avokad pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah
baik dapat mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat
diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg.
PASCAPANEN
1.
Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran
yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung
pada kotoran yang menempel.
2.
Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat
petani, dengan tujuan memilih buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang
diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai berikut:
a.
Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
b.
Cukup tua tapi belum matang.
c.
Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar
dalam 1 kg terdiri dari 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.
d.
Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah
yang berbentuk lonceng. Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar
negeri adalah buah avokad yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tidak
terlalu diperhitungkan.
3.
Pemeraman dan Penyimpanan
Avokad baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai
tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah
dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan
dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor,
tidak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu ini disesuaikan dengan
lamanya perjalanan untuk sampai di tempat tujuan. Cara pemeraman avokad masih
sangat sederhana. Pada umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung
goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat
yang kering dan bersih. Karena avokad mempunyai umur simpan hanya sampai
sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin
memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam
ruangan bersuhu 5 derajat C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan dapat
diperlambat samapai 30-40 hari.
4.
Pengemasan dan Pengangkutan
Kemasan adalah wadah/tempat yang digunakan untuk mengemas
suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor.
Untuk pemasaran di dalam negeri, buah avokad dikemas dalam karung-karung
plastik/keranjang, lalu diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan kemasan
untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton berkapasitas
5 kg buah avokad. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton, avokad dibungkus
kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan diselingi penyekat yang
terbuat dari potongan karton.