LIMA PERKARA YANG DICINTAI DAN LIMA PERKARA YANG BAKAL DILUPAKAN

No Comments
Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Akan datang pada umatku suatu masa yang mana umatku mencintai lima perkara dan melupakan lima perkara lainnya, yaitu:
  1. mereka mencintai dunia dengan melupakan akhirat;
  2. mereka mencintai kehidupan (dunia) dengan melupakan kematian;
  3. mereka mencintai rumah yang megah dengan melupakan kubur;
  4. mereka mencintai harta benda dengan melupakan hisab (pertanggung jawabannya); dan
  5. mereka mencintai makhluk dengan melupakan Khaliqnya (penciptanya, yaitu Allah).”
Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Barang siapa yang setiap harinya membaca do’a: ‘Alloohumma baarik lii fil mauti wa fii maa ba’dal mauut,’ (Ya Allah, berilah berkah kepadaku sewaktu menjalani kematian dan sesudahnya) sebanyak 25 kali, niscaya Allah akan memberikan pahala (mati) syahid kepadanya meskipun dia mati di atas peraduannya.” (HR. Thabarani)

Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

“Zuhud adalah mencintai sesuatu yang dicintai Allah dan membenci sesuatu yang dibenci Allah; meninggalkan harta yang halal sebagaimana meninggalkan harta yang haram, sebab yang halalnya pasti akan dihisab, sedangkan yang haramnya pasti akan membuahkan siksa; menyayangi sesame orang Islam sebagaimana menyayangi diri sendiri; memelihara diri dari ucapan yang tidak bermanfaat sebagaimana memelihara diri dari ucapan yang haram; memelihara diri dari banyak makan sebagaimana memelihara diri dari makan bangkai yang amat busuk; memelihara diri dari aneka macam kesenangan dunia dan perhiasannya sebagaimana memelihara diri dari panasnya api; dan tidak panjang angan-angan. Inilah arti zuhud yang sebenarnya.” (HR. Dailami)

Suatu ketika Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam melewati suatu majelis yang penuh dengan canda ria dan gelak tawa, kemudian beliau bersabda kepada mereka yang ada dalam majelis tersebut:

“Isilah majelis kalian ini dengan hal-hal yang dapat mengingatkan kepada pemutus kenikmatan duniawi.” Para sahabat lantas bertanya: “Apa yang dimaksud dengan pemutus kenikmatan duniawi itu?” Beliau menjawab: “Maut.”