1. DAMPAK PARU-PARU
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.
2. DAMPAK TERHADAP JANTUNG
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama).
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah.
Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
3. PENYAKIT JANTUNG KORONER
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.
Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer.
PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi.
4. PENYAKIT (STROKE)
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah pertahanan melawan AIDS.
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.
5. KERIPUT DINI
Terikatnya karbonmonoksida dalam darah dan bukannya oksigen, menyebabkan kekurangan oksigen di berbagai tempat, terutama di kulit. Dengan kata lain, rokok mengurangi aliran oksigen dan zat gizi yang dibutuhkan sel kulit akibat menyempitnya arus pembuluh darah di sekitar wajah.
Rokok juga menurunkan kadar air dalam lapisan kulit luar, sehingga terjadi penuaan estrogen yang menyebabkan kulit kering dan keriput. Pada perokok juga ditemukan serabut elatin sampai ke jaringan halus pada kulit yang membuat kulit menjadi kendur dan keriput.
6. NAPAS TIDAK SEDAP
Warna kuning atau gelap, bahkan cenderung kehitaman biasa kita temui pada perokok berat. Ini karena tar yang ikut masuk saat rokok diisap menempel pada gigi, sehingga gigi menjadi kuning dam lama-lama berubah kecoklatan, bahkan kehitam-hitaman. Selain menodai gigi, partikel rokok juga dapat memerangkap bakteri penghasil bau mulut. Akibatnya, bau mulut tidak hilang-hilang.
7. BIBIR HITAM
Bibir merah dan segar biasanya tidak akan kita temui pada perokok aktif. Jangan harap Anda, para perokok, akan kelihatan seksi dan segar, apalagi sensual. Rokok dapat mengubah bibir yang tadinya merah dan segar, menjadi ungu kehitam-hitaman. Ini akibat suhu yang cukup tinggi pada rokok. Saat diisap, rokok akan mengubah warna, sehingga kian lama bibir terlihat hitam.
8. OSTEOPOROSIS
Menurut Dr. Samuel Oetoro, MD, spesialis gizi dari Klinik Nutrifit, Jakarta, rokok menyebabkan pengeluaran kalsium dalam tubuh berlangsung cepat dan cukup banyak. Karena itu, rokok terkait dengan pengeroposan tulang.
Tidak heran, sebuah penelitian mengungkap, pada 4.000 kasus patahnya tulang pinggul pada wanita lanjut usia, 1 dari 8 kasus disebabkan oleh hilangnya massa tulang.
9. MEMPERCEPAT PENURUAN DAYA INGAT
Perokok beresiko lima kali lipat lebih cepat kehilangan daya ingat di masa tuanya dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Itulah hasil penelitian Dr. Lenore Launer dari Institute Nasional Mengenai Kesehatan Mental dari Maryland, AS.
Para peneliti mengukur fungsi kognitif peserta penelitian dengan menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE). Terbukti, mereka yang tidak pernah merokok, skor MMSE-nya mengalami penurunan 3 poin tiap tahun. Untuk perokok, skor MMSE turun hingga 16 poin per tahun. Perubahan kecil pengukuran skor MMSE akan mengakibatkan perbedaan fungsi mental tahun demi tahun. Perokok akan lebih cepat menurun kemampuan daya ingatnya ketimbang yang tidak merokok.
10. MEMBAHAYAKAN WANITA HAMIL
Wanita hamil yang perokok beresiko cukup tinggi menimbulkan berbagai hal merugikan, baik bagi bayi maupun dirinya. Anak yang dikandung cenderung akan mengalami penurunan berat badan, kadang bayi lahir di bawah berat badan normal, bayi lahir prematur.
Kadar Cu dan asam askorhat (vitamin C) pada plasma darah yang penting untuk membentuk kolagen menurun akibat bahan-bahan yang terkandung dalam rokok. Akibatnya, rahim dan jaringan ikat serviks akan hilang ketahanannya terhadap infeksi.
Intinya, rokok menurunkan kekebalan tubuhm sehingga meningkatkan risiko infeksi dalam rahim serta kontraksi otot rahim. Inilah kenapa bisa terjadi abortus prematur, terhambatnya pertumbuhan janin, keguguran atau kematian mendadak janin, bahkan terganggunya perkembangan kesehatan fisik dan intelektual anak.
11. IQ ANAK RENDAH
Dengan sendirinya, bila ibu hamil merokok, si janin juga akan mengisap racun-racun yang terdapat dalam rokok. Semua zat gizi yang seharusnya diasup si bayi akan tersingkirkan oleh asap rokok. Akibatnya janin akan kekurangan gizi.
Tentu keadaan ini akan memberi efek domino bagi si bayi. Selain pertumbuhan fisiknya terhambat, kecerdasannya juga akan lambat tumbuhnya. Meningkatnya kebutuhan zat besi akibat memenuhi keperluan pembentukan sel-sel darah yang banyak rusak, menyebabkan berkurangnya persediaan zat gizi lain seperti vitamin B12, C, asam folat, seng dan asam amino. Zat-zat ini sangat dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang sel otak janin. Akibatnya, IQ anak akan rendah.
12. TUBERKULOSIS PARU (TBC)
Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K). DTM&H, MARS, dari Departemen Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FKUI/RS Persahabatan, menyebutkan bahwa merokok juga terkait dengan kejadian TBC.
Studi pada pekerja perkebunan di California, AS, menemukan hubungan bermakna antara pravalensi reaktivitas tes tuberkulin dan kebiasaan merokok. Pada bekas perokok, hubungan ini lebih kuat daripada pada mereka yang masih merokok.
Data lain menunjukkan hubungan antara kebiasaan merokok dengan tubuerkulosis aktif, hasilnya hanya bermakna pada mereka yang telah merokok lebih dari 20 tahun lamanya.
Di AS, para perokok yang telah merokok 20 tahun atau lebih ternyata 2,6 kali lebih sering menderita TBC daripada yang tidak merokok. Kebiasaan merokok meningkatkan mortalitas akibat TBCc sebesar 2,8 kali. Angka ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan rasio mortalitas pada penyakit jantung iskemik (1,6 kali) dan penyakit serebrovaskular (1,5 kali), walaupun memang jaug lebih ranadh dari rasio mortalitas akibat kanker paru, yang 15 kali lebih sering pada perokok dibandingkan bukan perokok.
Kaitan ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Dengan racun yang dibawanya, rokok merusak mekanisme pertahanan paru-paru. Bulu getar dan alat lain dalam paru-paru yang berfungsi menahan infeksi rusak akibat asap rokok.
Asap rokok meningkatkan tahanan pelan napas (airway resistance). Akibatnya, pembuluh darah di paru mudah bocor. Juga merusak sel pemakan bakteri pengganggu dan menurunkan respons terhadap antigen, sehingga bila benda asing masuk ke dalam paru-paru, tidak ada pendeteksinya.
13. KANKER PARU
Penelitian WHO ini mengisyaratkan bahwa kanker paru merupakan penyebab kematian terbesar di dunia dan bertanggung jawab atas 18,7 persen kematian akibat kanker.
Data dari Dr. Elisna Syahruddin, Sp.P, Ph.D, di RS Persahabatan, Jakarta Timur, setidaknya dalam sehari ada lebih dari satu kasus kanker. Di tahun 2004 dilaporkan terjadi sekitar 451 kasus keganasan rongga toraks. Meski sampai saat ini belum diketahui penyebabnya. “Risiko kanker paru meningkat erat dengan rokok, entah perokok aktif, perokok pasif, atau mereka yang terpajan dengan bahan-bahan karsinogen seperti asbes dan polusi udara,” kata Dr. Elisna.
Sekitar 80 persen insiden kanker paru terkait dengan persoalan merokok. Menurut Dr. Elisna, banyak orang tidak tahu bahwa efek negatif rokok tak hanya dari nikotin. Dimulai dari asap yang membuat iritasi di saluran napas yang dapat mengakibatkan gangguan pada mekanisme pertahanan paru sampai efek negatif lebih dari 45 bahan yang bersifat karsinogen (pemicu kanker).
Prof. DR. Dr. Dede Kusmana, Sp.Jp, FACC, menyebutkan bahwa asap rokok merusak dinding pembuluh darah. Nikotin asap rokok akan merangsang hormon adrenalin. AKibatnya, metabolisme lemak akan berubah dan menyebabkan kadar HDL atau kolesterol baik menurun.
Adrenalin juga akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah (spasme). Di samping itu, adrenalin menyebabkan terjadinya pengelompokan trombosit, sehingga proses penyempitan akan terjadi, entah di pembuluh darah arteri otak atau jantung, yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.
Intinya, orang yang merokok lebih dari 20 batang rokok per haru memiliki resiko enam kali lipat terkena infark miokard dibandingkan dengan perokok pasif.
14. SALURAN PENCERNAAN
Masih menurut Prof, Dede, rokok meningkatkan asam lambung yang mengakibatkan terjadinya tukak lambung dan usus dua belas jari. Pada perokok, kejadian ini dua kali lebih tinggi dibanding pada yang bukan perokok.